Ketika Rokok Menjadi Idola

Dilihat dari komposisinya, ternyata Penduduk Kota Bitung lebih banyak menghabiskan uang hanya untuk makan (53,31%) dibanding kebutuhan non makanan (46,69%). Kebutuhan mengenyangkan perut masih dirasa penting dibandingkan kebutuhan sekunder maupun tersier lainnya.
Hal ini menandakan status kesejahteraan penduduk masih kurang (Bappenas, 2000).

Dari sisi Konsumsi Makanan, Makanan Jadi seperti ayam lalapan, KFC, Bakso, Rahang Tuna ataupun mas" nasi goreng yang paling banyak dikonsumsi (17,68%), bisa dilihat secara kasat mata dengan menjamurnya warung makan, resto serta cafe di sepanjang jalan utama Kota Bitung baik siang maupun malam hari.

Fenomena yang mengejutkan lainnya adalah ROKOK yang menjadi komoditas IDOLA dibandingkan BERAS, IKAN, SAYUR, bahkan daging. Dengan menempati urutan no 2 komoditas yang paling banyak dikonsumsi, Rokok menjadi salah satu alasan kenapa penduduk Kota Bitung masih belum bisa lepas dari kemiskinan. Bayangkan saja, uang yang digunakan untuk membeli rokok, tidak bisa memberikan sumbangan kalori dalam perhitungan Garis Kemiskinan. Beras yang kalah idola saja memiliki asupan kalori 3000an per Kg, dan ROKOK memiliki asupan 0 besar Kalori (Ringkasan Eksekutif Pengeluaran dan Konsumsi Indonesia, 2017).

Dari sisi Konsumsi NonMakanan, tiga besar pengeluaran penduduk Kota Bitung adalah untuk perumahan dan fasilitas rumah tangga sebesar 21,33% diikuti aneka barang dan jasa (12,55%) dan barang tahan lama (5,33%). Sewa rumah, pemeliharaan ringan rumah, bayar air, gas, listrik, bbm masih utama bagi penduduk Kota Bitung.

Dibalik berbagai fenomena konsumsi yang ada, Konsumsi Rumah Tangga di Kota Bitung mempunyai andil yang besar terhadap perekonomian Kota Bitung, yakni sebesar 38,47% terhadap PDRB (PDRB menurut pengeluaran 2013-2017).

#DataMencerdaskanBangsa
#GerakanCintaData
#BitungMelekData
#bitungkota.bps.go.id
#SipedasMantapKotaBitungAndroid